Sulam Kalengkang dan Sulam Gem sebagai Warisan Istana Kadariah untuk Kota Pontianak

Artikel ini berhasil meraih Juara I lomba blog HUT Kota Pontianak ke-246 pada 23 Oktober 2017 yang diselenggarakan oleh Disporapar Kota Pontianak

 

ALHINDUAN.Com-Setelah menyusuri Gang Ramadhan, Kelurahan Bansir Laut, Kecamatan Pontianak Tenggara,  ahirnya saya  tiba juga di rumah panggung itu.

 




Rumah dengan tangga tinggi seperti model rumah Melayu tempo doeloe itu dipenuhi dengan berbagai model kursi pelaminan dan baju pengantin yang tersusun rapi dalam lemari kaca.




 

Ya. Selama ini Sulaiman Al-Bansir (kini 70 tahun) yang kerap disapa Ami (baca: paman) Sulai, memang membuka jasa penyewaan pelaminan khas Pontianak.

 

Ami Sulai juga mendirikan Sanggar Melati di rumahnya dan berprofesi sebagai penata rias pengantin.

 

Penjahit Langganan Para Sultan Pontianak


Selain itu, ia juga menjahit sulaman Kalengkang dan Sulam Gem pesanan kerabat Istana Kadariah Pontianak.

 


Selama ini, masyarakat awam hanya mengenal Kain Corak Insang sebagai pakaian khas Melayu Pontianak.

 

benang Kalengkang dari perak

Namun, tidak banyak yang tahu bahwa selain Kain Corak Insang, juga terdapat pakaian khas Melayu Pontianak yakni Kain Sulam Gem dan Sulam Kalengkang, yang memang umumnya dikenakan oleh kerabat Istana Kadariah Pontianak,

 

benang Gem dari emas


khususnya pada acara tertentu seperti pernikahan, pelantikan sultan, hingga wafatnya kerabat istana.

 

Ami Sulai mengaku sudah mulai menjahit sulam kalengkang dan gem sejak umur 10 tahun. Ia belajar langsung dari sang ibu, alm. Syech Salmah Al-Banser.

 

penampakan benang perak Kalengkang


Sampai sekarang, kegiatan itu masih ia tekuni dan menurun kepada para keponakannya.

 

Dari tahun 1970-an atau sejak zaman alm. Pangeran  Jaya hingga Sultan Pontianak saat ini, Sultan Syarif  Mahmud  (Melvin) bin Abubakar Alkadri, Ami Sulai sudah diminta menjahit pakaian bagi semua kerabat  Istana Kadariah  Pontianak.

 

Kopiah Persemen yang biasa dikenakan para sultan Pontianak

Jahitan yang rapi dan tahan hingga ratusan tahun membuat sultan dan para kerabat Istana Kadariah Pontianak mempercayakan pakaian kerajaan untuk dijahit Sulai.

 

kain beledru dengan sulaman Kalengkang

Saat ini, pakaian dari benang kalengkang  tidak terbatas di kalangan kerabat raja saja tapi juga dapat dikenakan oleh masyarakat umum untuk menyambut tamu kebesaran.

 

“Kecuali yang bermotif bintang-bulan, khusus bagi sultan dan para kerabat Sultan Pontianak.” Ami Sulai menerangkan.

 

Ami Sulai juga mahir membuat kain singasana, kelambu pada Makam Batulayang (makam Kesultanan Pontianak), kelambu sultan, pakaian sultan hingga kelambu Kesultanan Pontianak.

 

Bahkan, Sulai juga pernah dipercaya menjahit kelambu dan baju adat pengantin Melayu Pontianak di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta.


Proses pengerjaan

 

Baju adat Kalengkang yang indah ini terbuat dari bahan utama kain beledru dengan sulaman benang kalengkang perak dan gem emas yang diimpor langsung dari Singapura.

 

Benang  gem emas harus dipotong sesuai alur bunga. Untuk menjahit satu set pakaian yang terdiri dari kain, baju, celana, kopiah, dan selendang, membutuhkan waktu selama satu bulan.

 

Harga jual satu  set pakaian khas Pontianak ini dibanderol Rp 10 juta. Sulai mengaku, modal yang dikeluarkan juga cukup besar, terutama untuk membeli benang Kalengkang dan gem yang harus diimpor langsung dari Singapura dengan harga benang kalengkang per bungkus Rp 1,2 juta (isi 10 ikat).



“Untuk satu helai kain beludru harus memakai dua ikat benang  Kalengkang,” jelasnya.



Khusus menjahit Kalengkang, pria yang masih betah melajang ini melakukannya berdua dengan keponakannya. Sulaman Kalengkang buatannya sudah dipesan oleh pembeli dari Jakarta, Kuching, hingga ke Australia. 

 

Harapan ke Depan Terhadap Nasib Sulam Gem dan Kalengkang




Selain mengeluhkan minimnya perhatian Pemerintah Kota Pontianak terhadap penjahit tradisional seperti dirinya,  kendala lain yang ia hadapi adalah sulitnya mencari beludru kualitas terbaik, benang Kalengkang, dan gem emas.

 

Karena menjahit Kalengkang menggunakan tangan, Ami Sulai mengaku, hal tersulit adalah ketika memotong benang Kalengkang dan menyatukannya ke benang dan jarum.

 

Lelaki berdarah Arab ini menceritakan, pernah benang Kalengkang bergulung ketika hendak dipasangkan ke jarum dan terpaksa harus diluruskan lagi agar menyatu dengan kain beledru. Proses yang sungguh tidak mudah.

 

penulis bersama Ami Sulai

Ami Sulai merupakan salah seorang dari sedikit sekali  penjahit Kalengkang di Pontianak saat ini. Dia berharap, ada penerus yang dapat menggantikannya untuk melestarikan pakaian tradisional  khas  Pontianak  ini agar tidak punah ditelan zaman.

Semoga Pemerintah  Kota Pontianak dapat menjaga dan melestarikan Sulam Kalengkang dan Sulam Gem sebagai Warisan Istana Kadariah untuk  Kota Pontianak

 

semua foto koleksi pribadi Vivi Al Hinduan

 

No comments

Powered by Blogger.