Seni Arsitektur Rumah Melayu, Tradisi Pindah Rumah dan Upacara Adat Pernikahan Melayu Pontianak (Bag 2)

Tema pilihan: Ritual, Upacara Adat, Tradisi dan Seni Budaya 

Artikel ini merupakan sambungan dari https://www.alhinduan.com/2020/09/seni-arsitektur-rumah-melayu.html

 

artikel ini berhasil mendapat Juara ke-2 Se-Kalimantan Barat dalam lomba Penulisan Bahasa Daerah Berbasis Blog 2020  yang diselenggarakan oleh Balai Bahasa Kalimantan Barat



B.               RITUAL TRADISI PINDAH RUMAH PADA SUKU MELAYU PONTIANAK


PENDAHULUAN

Pada bab mengenai ritual tradisi pindah rumah dan pernikahan Suku Melayu Pontianak ini, saya mewawancarai secara langsung narasumber bernama Ibu Syarifah Aliyah Shahab yang berdomisili di Jalan Merdeka Barat Gang Punai nomor 7, Pontianak.


penulis bersama Ibu Syarifah Aliyah Shahab

PEMBAHASAN/ ISI

Ritual tradisi pindah ke rumah baru pada Suku Melayu Pontianak, lazimnya dilakukan dengan membaca Surah Yasin sebanyak tiga kali di rumah baru yang akan ditempati dengan ritual meletakkan  air putih di dalam botol dan tempat sirih diletakkan di tiang pusat (tiang inti) rumah baru.  Selain itu, juga diletakkan pisang, kelapa, dan pinang masing-masing satu tandan, serta tebu satu batang dan nangka (nangka tidak wajib, hanya sekadar tambahan).  Filosopi nangka  agar getahnya diharapkan dapat membuat kita betah di rumah tersebut.

Ibu Syarifah Aliyah Shahab

 

Sebelum penghuni rumah memasuki rumah baru, dilakukan ritual adat berupa tepung tawar  sebanyak tiga kali dan  melakukan pukol pintu  pada daun pintu bagian bawah.  Tepung tawar terdiri dari tiga jenis daun; nandong, gundi-gundi, dan ganderusa. tiga daun tersebut diikat jadi satu dengan kain kuning, lalu dicelup dengan rendaman air beras dicampur air dan kunyit.

        C. UPACARA ADAT PERNIKAHAN SUKU MELAYU PONTIANAK

 

PENDAHULUAN

Upacara adat pernikahan pada Suku Melayu Pontianak, biasanya mengacu pada pernikahan para kerabat Istana Kesultanan Kadariyah Pontianak. Dalam tradisi Kesultanan Kadariyah Pontianak, adat Melayu juga bercampur dengan adat Bugis (seperti pada tradisi merolah, memberi makan, dan buang-buang), Arab, dan Belanda.

 

foto: koleksi pribadi Ibu Syarifah Aliyah Shahab

PEMBAHASAN/ ISI

Dalam tradisi suku Melayu tempo dulu, calon mempelai lelaki diperkenalkan ke keluarga perempuan. Perempuan tidak keluar, hanya mengintip dari dalam bilik/ kamar. Jika pihak calon mempelai perempuan setuju, baru calon mempelai pria ‘mengantar tande’ atau mengantar cincin sebagai tanda meminang kepada calon  mempelai perempuan.  Pihak perempuan membalas dengan memberi kue lapis legit (biasanya pada kerabat Kesultanan Pontianak) atau lapis belacan dan kue tart susu, masing-masing sebanyak satu cetak di atas ceper. Selanjutnya, kedua pihak keluarga sepakat menentukan hari, tanggal, bulan, serta tahun  baik untuk pernikahan. Pihak lelaki juga memberi ‘duit asap’ sebagai hantaran. 


foto: koleksi pribadi Ibu Syarifah Aliyah Shahab



BERTANGAS

Bertangas dilakukan seminggu sebelum menikah, selama tiga malam berturut-turut. calon pengantin wanita masuk ke dalam sauna yang tujuannya membersihkan badan dan membuang daki. Besok pagi melakukan pemasangan inai/ pacar hena di kedua punggung tangan sampaisiku dan keduakaki hingga tumit.

BUANG-BUANG

Pada prosesi upacara adat pernikahan Melayu Pontianak, biasanya pihak pengantin perempuan mengadakan ritual  cebang-cebang atau buang-buang  sebelum ‘memberi makan’ sekitar tiga  hari sebelum nikah, biasanya pada malam Jum’at.


piring putih untuk ritual buang-buang (foto: D.S. Alhinduan)


Ritual buang-buang harus menyertakan telur ayam kampung mentah, pinang merah, daun sirih, kemiri, rokok daun/ linting, dan paku, masing-masing satu buah, juga diberi lilin kuning satu batang . Semua barang tersebut-kecuali lilin kuning-dilarung ke parit atau sungai. Lalu air parit/ air sungai tersebut diambil sedikit dengan piring makan warna putih dan lilin tadi harus tetap hidup tidak boleh padam. Setelah itu semua  yang tersisa dibawa kembali ke rumah untuk persiapan ritual memberi makan calon pengantin.

MEMBERI MAKAN

Pada acara memberi makan terdapat empat jenis pulut.  Pulut hitam, putih, pulut kuning yang diberi kunyit dan pulut merah (diberi pewarna) masing-masing sebanyak satu canting yang dimasukkan ke dalam pinggan (piring). Telur rebus satu butir, diletakkan  di tengah salah satu pulut. Kemudian, di atas telur rebus tadi ditaruh satu buah gelang emas, yang dletakkan di atas pahar.  Di atas pahar yang lain, diletakkan  seekor ayam panggang, pisang berangan atau pisang nipah setengah masak sebanyak satu sisir.  


Peleng (foto: D.S. Alhinduan)


Kemudian di dalam bokor, diletakkan padi  yang di atasnya ditaruh sebuah peleng. Di atas bokor satu lagi ditaruh  kelapa yang dililit benang, serta pisang nipah satu sisir, berfungsi sebagai pengiring ritual beri makan. sementara, dalam dulang-dulang diletakkan beras, pisang nipah setengah masak satu sisir, padi, dan kelapa. Setelah ritual memberi makan yang dilakukan pada malam hari, besok pagi  berlangsung akad  nikah.

AKAD NIKAH

Rombongan pengantin diarak dengan pokok telok dan ribu-ribu atau mangar, biasanya diiringi musik tanjidor. Sebelum akad nikah dimulai, perwakilan pihak lelaki berpantun sebentar.


Kopiah  Persemen (foto: D.S. Alhinduan)


Prosesi akad nikah  diadakan   adat sekapur sirih (kata penyerahan dari pihak calon mempelai lelaki) seulas pinang (kata penerimaan dari pihak calon mempelai perempuan) yakni acara berbalas pantun sebelum akad nikah. dilanjutkan dengan acara penyerahan barang hantaran dari pihak calon mempelai lelaki ke pihak perempuan yang dilakukan sebelum akad nikah. Barang hantaran berupa sandal, baju, tempat sirih dan pokok telok. Tempat sirih dianggap paling sakral dan mewakili  semua barang lain dan wajib ada.


tempat sirih (foto: D.S. Alhinduan)


Isi tempat sirih terdiri dari lima komponen: kacep (jarang ada) ditambah kapur, gambir, sirih, pinang, dan tembakau yang dianggap  melambangkan lima rukun Islam. Tempat sirih ibarat rumah, agar mempelai kuat mengarungi bahtera rumah tangga. Daun sirih atap rumah, kapur ibarat lem perekat rumah tangga,

 

JAMU BESAN

Piring Cerebai (foto: D.S. Alhinduan)


Siang setelah akad nikah selesai, di hari yang sama, diadakan jamu besan di rumah mempelai wanita, biasanya pada siang hari hingga selesai. Para undangan yang semuanya perempuan, baik dari pihak keluarga besar mempelai pria maupun wanita, memakai baju kurung. Tamu undangan duduk di lantai dengan jamuan makan model saprahan beralas kain saprah kuning.  Biasanya, nasi yang dihidangkan berupa nasi kebuli khas Timur Tengah dengan lauk berupa sayur dalcah, semur daging sapi, selada timun, sambal terasi, dan menu tambahan (tidak wajib) berupa sambal hati goreng.

Piring Basi (foto: D.S. Alhinduan)



CUCUR AIR MAWAR


gelas labu (foto: D. S. Alhinduan)


peralatan wajib saat ritual ini berupa piring basi dan piring cerebai, kobokan dan gelas labu. Setelah makan, dilakukan ritual adat cucur air mawar oleh para undangan perempuan kepada pengantin. Terakhir, ditutup dengan air serbat dan kue empat jenis untuk tamu yang ditaruh di atas piring bersama air serbat sebagai air ’pengusir’. Sedangkan pengantin diberi kue pahar dan air serbat. Setelah acara berakhir, semua tamu pulang.

MEROLAH

Setelah seminggu pesta pernikahan di rumah mempelai wanita, biasanya dilanjutkan merolah di rumah pihak mempelai lelaki. Namun, ritual ini tidak diwajibkan.

 

106  kosakata lokal yang belum terdapat di Kamus Besar Bahasa Indonesia:

1.       Besa’ atau Besak: Besar

2.       Rumah Besa’ : sebutan untuk Rumah panggung orang Melayu, contoh: Rumah Besa’ Hj.Salmah

3.       Model Gajah Minum (Gajah Menyusu): model menyerupai belalai gajah yang mencuat ke atas pada  bubungan atap dapur Rumah Melayu. Perumpamaan ini dipilih dengan anggapan bahwa gajah adalah binatang yang kuat, agung dan disegani.

4.       Rumah Sebenar Rumah: bangunan yang didirikan melalui tata cara pembuatan yang sesuai dengan ketentuan adat Melayu.

 

5.       Rumah Tiang Enam: rumah besar dengan tiang induk sebanyak emn buah.

6.  Rumah Tiang Enam Berserambi, rumah besar dengan tiang induk sebanyak enam buah serta dilengkapi serambi/ beranda/selasar yang agak panjang, bersambung dengan induk rumah dan biasanya lebih rendah daripada rumah induk.

7.   Rumah Tiang Dua Belas : rumah besar dengan tiang induk sebanyak   dua belas buah.

8.   Berkolong : rumah yang memiliki ruangan lebar di bawahnya seperti pada rumah panggung Melayu yang memiliki tiang-tiang tinggi

9.   Ruang Selang Depan: ruang di samping tangga yang masuk ke serambi   depan, berfungsi sebagai tempat meletakkan barang-barang tamu, yang tidak dibawa ke dalam ruangan.

10.  Ruang Selang Samping: ruang di bagian samping rumah induk yang    berfungsi sebagai tempat meletakkan barang yang tidak dibawa ke dalam ruang serambi belakang. Tempat ini  merupakan jalan masuk bagi tamu perempuan.

11. Ruangan Kolong: ruangan yang letaknya di bawah rumah induk,   biasanya digunakan sebagai tempat bekerja sehari-hari dan menyimpan alat-alat rumah

12. Rumah Tempat Diam: rumah yang khusus untuk tempat kediaman keluarga.

13.  Pondok Pisang Sesikat:  bentuk atap yang tidak memakai perabung seperti bangunan pondok ladang atau gubuk

14.  Rumah Atap Layar:  bila atapnya diberi tambahan di bagian bawah   (kaki atap) dengan atap lain maka disebut rumah Atap Layar atau Rumah Ampar Labu.

15.   Rumah Ampar Labu:  Disebut juga rumah atap layar

16.  Rumah Perabung Atap: Rumah yang dibuat dengan perabung atap sejajar dengan jalan raya di mana rumah itu terletak.

17.   Rumah Perabung Melintang:  bila perabung rumah tegak lurus terhadap jalan raya di mana rumah itu menghadap.

18.  Bengkawan: sebatang kayu  tempat menjalin daun nipah atau rumbia untuk dijadikan atap.

19.  Kelarai : atap rumah Melayu yang terdiri dari satu lapis daun nipah atau rumbia

20.  Mata Ketam: atap rumah Melayu yang terdiri dari dua lapis daun nipah atau rumbia

21.  Dilayuh: dikeringkan

22.  Liet: Isi perut rotan atau bambu dipakai sebagai penjalin

23.  Menyangit: Pekerjaan memasang atap pada rumah suku Melayu

24.  Pamelas: papan lisplang berukir

25.  Ricih Wajit: ragam hias  ukiran pada lisplang tutup angin

26.  Perabung Istana: bubungan atap di istana Kesultanan Melayu, biasanya   diberi hiasan berupa Kuda Berlari

27.  Teban Layar: tabir atau anyaman dari bambu atau kayu untuk penutup jendela atau pintu, biasanya dibuat bertingkat dan diberi hiasan yang sekaligus berfungsi sebagai ventilasi

28.  Singap: bidai; teban layar

29.  Lantai Alang Buang: bagian yang menjorok keluar diberi lantai

30.  Undan-undan: disebut juga lantai alang buang

31.  Sanding Tiang: sudut segi-segi tiang

32.  Kumai: ketam khusus untuk mengetam sanding tiang

33.  Tiang Tua: tiang utama pada Sanding Tiang

34.  Tiang Seri: tiang-tiang yang terdapat pada keempat sudut rumah induk, merupakan tiang pokok rumah tersebut.

35. Tiang Penghulu: tiang yang terletak di antara tiang seri pada bagian depan rumah

36.  Tiang Tongkat: Tiang tambahan berukuran lebih kecil dari tiang utama

37. Sulai: tiang pembantu sebagai penopang ke dinding atau ke tiang   lainnya Untuk menjaga supaya rumah tidak miring

38.  Naling: bahan kayu khusus untuk Tiang Seri

39.  Pintu Malim: pintu yang menghubungkan bilik dengan bilik

40.  Pintu Curi: sama dengan pintu malim

41.  Pintu Bulak: pintu yang tidak memiliki tangga keluar. Pada prinsipnya pintu ini sama seperti jendela, hanya ukurannya yang berbeda.

42.   Kisi-kisi bubut:  bagian bawah pintu bulak yang diberi pagar pengaman

43.  Pengkelang: Kunci pintu yang dibuat dari kayu; palang pintu dari sebelah dalam

44. Belah Pintu: sebatang kayu yang sudah di-broti dan dipalangkan pada kedua Jenang atau kosen pintu.

45   Broti: dirapikan sisi tepinya

46.  Pelinguk: jendela; tingkap

47.  Pinang-pinang: Hiasan pada jendela dan pagar selasar yang berbentuk bulat

48.  Larik: sama dengan pinang-pinang

49.  Papan Tebuk: Hiasan pada jendela dan pagar selasar yang berbentuk pipih

50.  Angkap: Tingkap/ jendela yang terletak pada bubungan dapur

51.  Telai: kisi-kisi pada kosen jendela, biasanya diberi ukiran

52.  Purus: Anak tangga yang pipih dipahatkan ke dalam tiang tangga.

53.   Leher Berpangkak: tangga  yang mengandung lambang tertentu biasanya terdapat pada  tangga muka bangunan

54.  Pahatan Tebuk: anak tangga yang menembus tiang tangga

55.  Tangga Bercekam: sama dengan pahatan tebuk

56.  Minyak Kuing: minyak kayu untuk mengelap lantai

57.  Medang: sejenis kayu untuk membuat papan lantai

58.  Punak: sama dengan medang

59.  Anak Laras: anak-anak kayu

60.  Lantai Nibung: Lantai yang terbuat dari belahan nibung. Biasanya ditempatkan di ruang belakang, atau di tempat yang selalu kena air, seperti dapur. tidak dipaku, tetapi dijalin dengan rotan dan lebarnya antara lima sampai 10 sentimeter.

61.  Pian: lidah pada Lantai di rumah induk

62.  Bersanding: salah satu teknik/ cara merapatkan papan

63.  Lantai Beranda: lantai yang berada di beranda rumah. Disebut juga lantai selasar.

64.   Lantai Penanggah: lantai pada bagian rumah antara dapur dan ruang tengah

65.   Lantai Selang: lantai paling rendah dalam rumah melayu, disebut juga dengan pelataran

66.  Lidah Pian: Cara memasang dinding dengan dirapatkan

67.  Tindih Kasih: cara memasang dinding dengan susunan bertindih

68.   Susun Sirih: cara memasang dinding dengan pasangan horizontal dan saling menindih

69.   Dinding kembung: Dinding rumah dibuat dari papan yang dipasang vertikal dan dijepit dengan kayu penutup

70.   Langa: loteng

71.   Para’ : Loteng yang terletak di atas bagian belakang rumah

72.        Kain Langit-langit: kain penutup bagian atas rumah yang tidak berloteng

73.     Kayu Bubutan: hiasan kisi-kisi pada bagian loteng yang tidak berdinding

74.      Kacep: alat pemotong pinang dan gambir pada sirih

75.      Mengantar tande = pihak lelaki memberi sepatu/ sandal,kain 1 set kepada calon mempelai wanita

76.     Duit asap = uang hantaran saat nikah

77.     Merolah: resepsi pernikahan yang kembali diadakan di tempat pihak pengantin lelaki, biasanya tiga hari hingga seminggu setelah resepsi di kediaman mempelai wanita. Suku Melayu dan Bugis biasanya mengadakan ritual Merolah ini

78.     Lapis Belacan: kue lapis diletakkan di atas pahar dari pengantin pria saat tradisi cucur air mawar

79.     Tepung Tawar: tradisi pindah rumah untuk menyambut penghuni rumah yang baru, memakai tiga jenis daun yang dibasahi dengan air kapur

 

80.    Pukol Pintu: tradisi menyambut pengantin dengan tepung tawar sebelum memasuki rumah pengantin wanita

81.    Nandong:  salah satu dari tiga daun untuk membuat tepung tawar

82.    Gundi-Gundi: salah satu dari tiga daun untuk membuat tepung tawar

83.    Ganderusa: salah satu dari tiga daun untuk membuat tepung tawar

84.    Tiang Pusat: tiang utama/sokoguru pada rumah melayu

85.    Cebang-Cebang: ritual tolak bala malam hari sebelum memberi makan

86.    Buang-Buang: nama lain dari Cebang-Cebang

87.    Nyembah-Nyembah: ritual Melayu yang dilakukan selepas tiga hari setelah resepsi, di mana pengantin perempuan berkunjung ke rumah mertua dan kerabat kedua mempelai untuk bersilahturahmi dan mengakrabkan diri

88.    Kalengkang: benang emas yang disulam pada kain beludru, biasa dikenakan kerabat Istana Kadariyah Pontianak

89.     Saprahan: tradisi makan bersama suku Melayu, biasanya di acara besar seperti pernikahan. Beralaskan kain panjang berwarna kuning

90.    Peleng: kayu batang baruk , sumbunya terbuat dari kemiri dan kapas. Diberi minyak tanah untuk menghidupkan api

91.    Beri/Memberi Makan: ritual adat Bugis dan Melayu Pontianak yang dilakukan pada malam sebelum menikah, biasanya malam Jum’at, dengan memberi makan calon pengantin dengan empat jenis pulut dan lauknya

92.   Ribu-ribu: berupa nenas yang ditusuk dengan kayu  bulat saat arakan pengantin

93.    Pokok Telok: berisi tellur rebus yang dihias dan biasa digantung uang kertas ada pohonnya, di acara nikah

94.     Mangar: hiasan pada Pokok Telok

95.  Gelas Labu: gelas berbentuk buah labu yang disajikan pada acara saprahan

96.   Bereteh: padi yang dijemur dan digoreng

97.   Beras Kuning: beras mentah diberi kunyit

98.   Mandi-Mandi: acara memandikan kedua pengantin dilakukan pada tiga hari setelah menikah, biasanya selepas zuhur

 99.     Cucur Air Mawar: ritual memberi air mawar ke telapak tangan pengantin pria dan wanita

 100.  Daun Baruk: daun berbentuk bulat dipakai untuk ritual memberi makan

 101. Kopiah  Persemen: peci/ songkok yang biasa dipakai para Sultan  Pontianak

  102.  Piring Basi: piring tempat menaruh lauk pada upacara saprahan

103.  Piring Celebai: piring tempat menaruh lauk pada upacara saprahan

104.  Canting: ukuran beras sebanyak satu kaleng susu kental manis

105.   Jamu besan: pihak mempelai perempuan mengundang khusus para tamu perempuan dari pihak keluarga mempelai perempuan dan laki-laki. Acara biasanya dibuka dengan saprahan, dilanjutkan dengan cucur air mawar, dan ditutup dengan menghidangkan air serbat dan kue pahar.

106.   Kue Pahar: hidangan khusus untuk kedua mempelai saat tradisi jamu besan yang terdiri dari empat jenis kue: bingka berendam, singkep-singkep, kue tart susu, dan madu kandis.  Kue pahar khusus untuk pengantin.

SUMBER REFERENSI:

-      MHD, Syafaruddin Usman, 2014, Naskah Rumah Melayu Mengarung Zaman: Arsitektur dan Paradigma.

-      Wawancara langsung dengan Bapak Syafaruddin Usman MHD mengenai Arsitektur Rumah Melayu Pontianak

-      Wawancara langsung dengan Ibu Syarifah Aliyah Shahab mengenai ritual adat pindah rumah dan tradisi pernikahan Suku Melayu Pontianak

 

No comments

Powered by Blogger.