Seni Arsitektur Rumah Melayu, Tradisi Pindah Rumah dan Upacara Adat Pernikahan Melayu Pontianak (Bag 2)
artikel ini berhasil mendapat Juara ke-2 Se-Kalimantan Barat dalam lomba Penulisan Bahasa Daerah Berbasis Blog 2020 yang diselenggarakan oleh Balai Bahasa Kalimantan Barat
B.
RITUAL TRADISI PINDAH RUMAH PADA SUKU MELAYU
PONTIANAK
PENDAHULUAN
Pada
bab mengenai ritual tradisi pindah rumah dan pernikahan Suku Melayu Pontianak
ini, saya mewawancarai secara langsung narasumber bernama Ibu Syarifah Aliyah
Shahab yang berdomisili di Jalan Merdeka Barat Gang Punai nomor 7, Pontianak.
penulis bersama Ibu Syarifah Aliyah Shahab |
PEMBAHASAN/ ISI
Ritual
tradisi pindah ke rumah baru pada Suku Melayu Pontianak, lazimnya dilakukan
dengan membaca Surah Yasin sebanyak tiga kali di rumah baru yang akan ditempati
dengan ritual meletakkan air putih di
dalam botol dan tempat sirih diletakkan di tiang pusat (tiang inti) rumah
baru. Selain itu, juga diletakkan
pisang, kelapa, dan pinang masing-masing satu tandan, serta tebu satu batang
dan nangka (nangka tidak wajib, hanya sekadar tambahan). Filosopi nangka agar getahnya diharapkan dapat membuat kita
betah di rumah tersebut.
Ibu Syarifah Aliyah Shahab |
Sebelum
penghuni rumah memasuki rumah baru, dilakukan ritual adat berupa tepung tawar sebanyak tiga kali dan melakukan pukol pintu pada daun pintu bagian bawah. Tepung tawar terdiri dari tiga jenis daun;
nandong, gundi-gundi, dan ganderusa. tiga daun tersebut diikat jadi satu dengan
kain kuning, lalu dicelup dengan rendaman air beras dicampur air dan kunyit.
C. UPACARA
ADAT PERNIKAHAN SUKU MELAYU PONTIANAK
PENDAHULUAN
Upacara
adat pernikahan pada Suku Melayu Pontianak, biasanya mengacu pada pernikahan para
kerabat Istana Kesultanan Kadariyah Pontianak. Dalam tradisi Kesultanan
Kadariyah Pontianak, adat Melayu juga bercampur dengan adat Bugis (seperti pada
tradisi merolah, memberi makan, dan buang-buang), Arab, dan Belanda.
foto: koleksi pribadi Ibu Syarifah Aliyah Shahab |
PEMBAHASAN/ ISI
Dalam
tradisi suku Melayu tempo dulu, calon mempelai lelaki diperkenalkan ke keluarga
perempuan. Perempuan tidak keluar, hanya mengintip dari dalam bilik/ kamar. Jika
pihak calon mempelai perempuan setuju, baru calon mempelai pria ‘mengantar
tande’ atau mengantar cincin sebagai tanda meminang kepada calon mempelai perempuan. Pihak perempuan membalas dengan memberi kue
lapis legit (biasanya pada kerabat
Kesultanan Pontianak) atau lapis belacan dan kue tart susu, masing-masing
sebanyak satu cetak di atas ceper. Selanjutnya, kedua pihak keluarga sepakat
menentukan hari, tanggal, bulan, serta tahun
baik untuk pernikahan. Pihak lelaki juga memberi ‘duit asap’ sebagai
hantaran.
foto: koleksi pribadi Ibu Syarifah Aliyah Shahab |
BERTANGAS
Bertangas
dilakukan seminggu sebelum menikah, selama tiga malam berturut-turut. calon pengantin wanita masuk ke dalam sauna yang tujuannya membersihkan badan dan membuang daki.
Besok pagi melakukan pemasangan inai/ pacar hena di kedua punggung tangan
sampaisiku dan keduakaki hingga tumit.
BUANG-BUANG
Pada
prosesi upacara adat pernikahan Melayu Pontianak, biasanya pihak pengantin
perempuan mengadakan ritual cebang-cebang
atau buang-buang sebelum ‘memberi makan’
sekitar tiga hari sebelum nikah,
biasanya pada malam Jum’at.
piring putih untuk ritual buang-buang (foto: D.S. Alhinduan) |
Ritual
buang-buang harus menyertakan telur ayam kampung mentah, pinang merah, daun
sirih, kemiri, rokok daun/ linting, dan paku, masing-masing satu buah, juga diberi
lilin kuning satu batang . Semua barang
tersebut-kecuali lilin kuning-dilarung ke parit atau sungai. Lalu air parit/ air
sungai tersebut diambil sedikit dengan piring makan warna putih dan lilin tadi harus
tetap hidup tidak boleh padam. Setelah itu semua yang tersisa dibawa kembali ke rumah untuk
persiapan ritual memberi makan calon pengantin.
MEMBERI MAKAN
Pada
acara memberi makan terdapat empat jenis pulut.
Pulut hitam, putih, pulut kuning yang diberi kunyit dan pulut merah (diberi
pewarna) masing-masing sebanyak satu canting yang dimasukkan ke dalam pinggan
(piring). Telur rebus satu butir, diletakkan di tengah salah satu pulut. Kemudian, di atas
telur rebus tadi ditaruh satu buah gelang emas, yang dletakkan di atas pahar. Di atas pahar yang lain, diletakkan seekor ayam panggang, pisang berangan atau pisang
nipah setengah masak sebanyak satu sisir.
Peleng (foto: D.S. Alhinduan) |
Kemudian
di dalam bokor, diletakkan padi yang di
atasnya ditaruh sebuah peleng. Di atas bokor satu lagi ditaruh kelapa yang dililit benang, serta pisang nipah
satu sisir, berfungsi sebagai pengiring ritual beri makan. sementara, dalam dulang-dulang
diletakkan beras, pisang nipah setengah masak satu sisir, padi, dan kelapa. Setelah
ritual memberi makan yang dilakukan pada malam hari, besok pagi berlangsung akad nikah.
AKAD NIKAH
Rombongan
pengantin diarak dengan pokok telok dan ribu-ribu atau mangar, biasanya
diiringi musik tanjidor. Sebelum akad nikah dimulai, perwakilan pihak lelaki
berpantun sebentar.
Kopiah Persemen (foto: D.S. Alhinduan) |
Prosesi
akad nikah diadakan adat sekapur sirih (kata penyerahan dari
pihak calon mempelai lelaki) seulas pinang (kata penerimaan dari pihak calon
mempelai perempuan) yakni acara berbalas pantun sebelum akad nikah. dilanjutkan
dengan acara penyerahan barang hantaran dari pihak calon mempelai lelaki ke
pihak perempuan yang dilakukan sebelum akad nikah. Barang hantaran berupa
sandal, baju, tempat sirih dan pokok telok. Tempat sirih dianggap paling sakral
dan mewakili semua barang lain dan wajib
ada.
tempat sirih (foto: D.S. Alhinduan) |
Isi
tempat sirih terdiri dari lima komponen: kacep (jarang ada) ditambah kapur, gambir,
sirih, pinang, dan tembakau yang dianggap melambangkan lima rukun Islam. Tempat sirih
ibarat rumah, agar mempelai kuat mengarungi bahtera rumah tangga. Daun sirih
atap rumah, kapur ibarat lem perekat rumah tangga,
JAMU BESAN
Piring Cerebai (foto: D.S. Alhinduan) |
Siang
setelah akad nikah selesai, di hari yang sama, diadakan jamu besan di rumah
mempelai wanita, biasanya pada siang hari hingga selesai. Para undangan yang
semuanya perempuan, baik dari pihak keluarga besar mempelai pria maupun wanita,
memakai baju kurung. Tamu undangan duduk di lantai dengan jamuan makan model
saprahan beralas kain saprah kuning. Biasanya,
nasi yang dihidangkan berupa nasi kebuli khas Timur Tengah dengan lauk berupa
sayur dalcah, semur daging sapi, selada timun, sambal terasi, dan menu tambahan
(tidak wajib) berupa sambal hati goreng.
Piring Basi (foto: D.S. Alhinduan) |
CUCUR AIR MAWAR
gelas labu (foto: D. S. Alhinduan) |
peralatan wajib saat ritual ini berupa piring basi dan piring cerebai, kobokan dan gelas labu. Setelah makan,
dilakukan ritual adat cucur air mawar oleh para undangan perempuan kepada
pengantin. Terakhir, ditutup dengan air serbat dan kue empat jenis untuk tamu
yang ditaruh di atas piring bersama air serbat sebagai air ’pengusir’. Sedangkan pengantin diberi kue pahar dan air
serbat. Setelah acara berakhir, semua tamu pulang.
MEROLAH
Setelah
seminggu pesta pernikahan di rumah mempelai wanita, biasanya dilanjutkan
merolah di rumah pihak mempelai lelaki. Namun, ritual ini tidak diwajibkan.
106 kosakata lokal yang belum terdapat di Kamus Besar Bahasa Indonesia:
1. Besa’ atau Besak: Besar
2. Rumah Besa’ : sebutan untuk Rumah panggung
orang Melayu, contoh: Rumah Besa’ Hj.Salmah
3. Model Gajah Minum (Gajah Menyusu): model
menyerupai belalai gajah yang mencuat ke atas pada bubungan atap dapur Rumah Melayu. Perumpamaan
ini dipilih dengan anggapan bahwa gajah adalah binatang yang kuat, agung dan
disegani.
4.
Rumah
Sebenar Rumah: bangunan yang didirikan melalui tata cara pembuatan yang sesuai
dengan ketentuan adat Melayu.
5.
Rumah
Tiang Enam: rumah besar dengan tiang induk sebanyak emn buah.
6. Rumah Tiang Enam Berserambi, rumah besar
dengan tiang induk sebanyak enam buah serta dilengkapi serambi/ beranda/selasar
yang agak panjang, bersambung dengan induk rumah dan biasanya lebih rendah
daripada rumah induk.
7. Rumah Tiang Dua Belas :
rumah besar dengan tiang induk sebanyak dua belas buah.
8. Berkolong : rumah yang memiliki ruangan lebar
di bawahnya seperti pada rumah panggung Melayu yang memiliki tiang-tiang tinggi
9. Ruang Selang Depan: ruang di samping tangga
yang masuk ke serambi depan, berfungsi
sebagai tempat meletakkan barang-barang tamu, yang tidak dibawa ke dalam ruangan.
10. Ruang Selang Samping: ruang di
bagian samping rumah induk yang berfungsi
sebagai tempat meletakkan barang yang tidak dibawa ke dalam ruang serambi
belakang. Tempat ini merupakan jalan
masuk bagi tamu perempuan.
11. Ruangan
Kolong: ruangan yang letaknya di bawah rumah induk, biasanya digunakan sebagai tempat bekerja
sehari-hari dan menyimpan alat-alat rumah
12. Rumah
Tempat Diam: rumah yang khusus untuk tempat kediaman keluarga.
13. Pondok Pisang Sesikat: bentuk atap yang tidak memakai perabung
seperti bangunan pondok ladang atau gubuk
14. Rumah Atap Layar: bila atapnya diberi tambahan di bagian bawah (kaki atap) dengan atap lain maka disebut
rumah Atap Layar atau Rumah Ampar Labu.
15. Rumah
Ampar Labu: Disebut juga rumah atap
layar
16. Rumah Perabung Atap: Rumah yang dibuat dengan
perabung atap sejajar dengan jalan raya di mana rumah itu terletak.
17. Rumah Perabung Melintang: bila perabung rumah tegak lurus terhadap jalan
raya di mana rumah itu menghadap.
18. Bengkawan: sebatang kayu tempat menjalin daun nipah atau rumbia untuk
dijadikan atap.
19. Kelarai : atap rumah Melayu yang terdiri dari
satu lapis daun nipah atau rumbia
20. Mata Ketam: atap rumah Melayu yang terdiri
dari dua lapis daun nipah atau rumbia
21. Dilayuh:
dikeringkan
22. Liet:
Isi perut rotan atau bambu dipakai sebagai penjalin
23. Menyangit:
Pekerjaan memasang atap pada rumah suku Melayu
24. Pamelas:
papan lisplang berukir
25. Ricih
Wajit: ragam hias ukiran pada lisplang
tutup angin
26. Perabung Istana: bubungan atap di istana Kesultanan
Melayu, biasanya diberi hiasan berupa Kuda Berlari
27. Teban Layar: tabir atau anyaman dari bambu
atau kayu untuk penutup jendela atau pintu, biasanya dibuat bertingkat dan
diberi hiasan yang sekaligus berfungsi sebagai ventilasi
28. Singap:
bidai; teban layar
29. Lantai
Alang Buang: bagian yang menjorok keluar diberi lantai
30. Undan-undan:
disebut juga lantai alang buang
31. Sanding
Tiang: sudut segi-segi tiang
32. Kumai:
ketam khusus untuk mengetam sanding tiang
33. Tiang
Tua: tiang utama pada Sanding Tiang
34. Tiang Seri: tiang-tiang yang terdapat pada
keempat sudut rumah induk, merupakan tiang pokok rumah tersebut.
35. Tiang
Penghulu: tiang yang terletak di antara tiang seri pada bagian depan rumah
36. Tiang
Tongkat: Tiang tambahan berukuran lebih kecil dari tiang utama
37. Sulai:
tiang pembantu sebagai penopang ke dinding atau ke tiang lainnya Untuk menjaga supaya rumah tidak
miring
38. Naling:
bahan kayu khusus untuk Tiang Seri
39. Pintu
Malim: pintu yang menghubungkan bilik dengan bilik
40. Pintu Curi: sama dengan pintu malim
41. Pintu Bulak: pintu yang tidak memiliki tangga
keluar. Pada prinsipnya pintu ini sama seperti jendela, hanya ukurannya yang
berbeda.
42. Kisi-kisi bubut: bagian bawah pintu bulak yang diberi pagar
pengaman
43. Pengkelang: Kunci pintu yang dibuat dari kayu;
palang pintu dari sebelah dalam
44. Belah Pintu: sebatang kayu yang sudah di-broti
dan dipalangkan pada kedua Jenang atau kosen pintu.
45 Broti:
dirapikan sisi tepinya
46. Pelinguk:
jendela; tingkap
47. Pinang-pinang: Hiasan pada jendela dan pagar
selasar yang berbentuk bulat
48. Larik:
sama dengan pinang-pinang
49. Papan Tebuk: Hiasan pada jendela dan pagar
selasar yang berbentuk pipih
50. Angkap:
Tingkap/ jendela yang terletak pada bubungan dapur
51. Telai:
kisi-kisi pada kosen jendela, biasanya diberi ukiran
52. Purus:
Anak tangga yang pipih dipahatkan ke dalam tiang tangga.
53. Leher Berpangkak: tangga yang mengandung lambang tertentu biasanya
terdapat pada tangga muka bangunan
54. Pahatan
Tebuk: anak tangga yang menembus tiang tangga
55. Tangga
Bercekam: sama dengan pahatan tebuk
56. Minyak
Kuing: minyak kayu untuk mengelap lantai
57. Medang:
sejenis kayu untuk membuat papan lantai
58. Punak:
sama dengan medang
59. Anak
Laras: anak-anak kayu
60. Lantai Nibung: Lantai yang terbuat dari
belahan nibung. Biasanya ditempatkan di ruang belakang, atau di tempat yang
selalu kena air, seperti dapur. tidak dipaku, tetapi dijalin dengan rotan dan
lebarnya antara lima sampai 10 sentimeter.
61. Pian:
lidah pada Lantai di rumah induk
62. Bersanding:
salah satu teknik/ cara merapatkan papan
63. Lantai Beranda: lantai yang berada di beranda
rumah. Disebut juga lantai selasar.
64. Lantai Penanggah: lantai pada bagian rumah
antara dapur dan ruang tengah
65. Lantai Selang: lantai
paling rendah dalam rumah melayu, disebut juga dengan pelataran
66. Lidah
Pian: Cara memasang dinding dengan dirapatkan
67. Tindih
Kasih: cara memasang dinding dengan susunan bertindih
68. Susun Sirih: cara memasang dinding dengan pasangan horizontal dan
saling menindih
69. Dinding kembung: Dinding rumah dibuat dari
papan yang dipasang vertikal dan dijepit dengan kayu penutup
70. Langa: loteng
71. Para’
: Loteng yang terletak di atas bagian belakang rumah
72. Kain
Langit-langit: kain penutup bagian atas rumah yang tidak berloteng
73. Kayu Bubutan:
hiasan kisi-kisi pada bagian loteng yang tidak berdinding
74. Kacep: alat pemotong pinang dan gambir pada
sirih
75. Mengantar
tande = pihak lelaki memberi sepatu/ sandal,kain 1 set kepada calon mempelai
wanita
76. Duit asap = uang hantaran saat nikah
77. Merolah:
resepsi pernikahan yang kembali diadakan di tempat pihak pengantin lelaki,
biasanya tiga hari hingga seminggu setelah resepsi di kediaman mempelai wanita.
Suku Melayu dan Bugis biasanya mengadakan ritual Merolah ini
78. Lapis Belacan: kue lapis diletakkan di atas
pahar dari pengantin pria saat tradisi cucur air mawar
79. Tepung Tawar: tradisi pindah rumah untuk
menyambut penghuni rumah yang baru, memakai tiga jenis daun yang dibasahi
dengan air kapur
80. Pukol Pintu: tradisi menyambut pengantin dengan tepung tawar sebelum
memasuki rumah pengantin wanita
81.
Nandong: salah satu dari tiga daun untuk membuat tepung
tawar
82.
Gundi-Gundi: salah satu dari tiga daun
untuk membuat tepung tawar
83.
Ganderusa: salah satu dari tiga daun
untuk membuat tepung tawar
84. Tiang
Pusat: tiang utama/sokoguru pada rumah melayu
85. Cebang-Cebang:
ritual tolak bala malam hari sebelum memberi makan
86. Buang-Buang: nama lain dari Cebang-Cebang
87. Nyembah-Nyembah: ritual Melayu yang
dilakukan selepas tiga hari setelah resepsi, di mana pengantin perempuan
berkunjung ke rumah mertua dan kerabat kedua mempelai untuk bersilahturahmi dan
mengakrabkan diri
88. Kalengkang: benang emas yang disulam pada
kain beludru, biasa dikenakan kerabat Istana Kadariyah Pontianak
89. Saprahan:
tradisi makan bersama suku Melayu, biasanya di acara besar seperti pernikahan.
Beralaskan kain panjang berwarna kuning
90. Peleng: kayu batang baruk , sumbunya terbuat
dari kemiri dan kapas. Diberi minyak tanah untuk menghidupkan api
91. Beri/Memberi Makan: ritual adat Bugis dan Melayu
Pontianak yang dilakukan pada malam sebelum menikah, biasanya malam Jum’at,
dengan memberi makan calon pengantin dengan empat jenis pulut dan lauknya
92. Ribu-ribu: berupa nenas yang ditusuk dengan
kayu bulat saat arakan pengantin
93. Pokok Telok: berisi tellur rebus yang dihias
dan biasa digantung uang kertas ada pohonnya, di acara nikah
94. Mangar:
hiasan pada Pokok Telok
95. Gelas
Labu: gelas berbentuk buah labu yang disajikan pada acara saprahan
96. Bereteh:
padi yang dijemur dan digoreng
97. Beras
Kuning: beras mentah diberi kunyit
98. Mandi-Mandi: acara memandikan kedua pengantin
dilakukan pada tiga hari setelah menikah, biasanya selepas zuhur
99. Cucur Air Mawar: ritual memberi air mawar
ke telapak tangan pengantin pria dan wanita
100.
Daun Baruk: daun berbentuk bulat dipakai
untuk ritual memberi makan
101.
Kopiah Persemen: peci/ songkok yang
biasa dipakai para Sultan Pontianak
102. Piring
Basi: piring tempat menaruh lauk pada upacara saprahan
103. Piring Celebai: piring tempat menaruh lauk pada
upacara saprahan
104.
Canting: ukuran beras sebanyak satu kaleng susu kental manis
105.
Jamu besan: pihak mempelai perempuan mengundang khusus para tamu
perempuan dari pihak keluarga mempelai perempuan dan laki-laki. Acara biasanya
dibuka dengan saprahan, dilanjutkan dengan cucur air mawar, dan ditutup dengan
menghidangkan air serbat dan kue pahar.
106.
Kue Pahar: hidangan khusus untuk kedua mempelai saat tradisi jamu besan
yang terdiri dari empat jenis kue: bingka berendam, singkep-singkep, kue tart
susu, dan madu kandis. Kue pahar khusus
untuk pengantin.
SUMBER REFERENSI:
- MHD,
Syafaruddin Usman, 2014, Naskah Rumah Melayu Mengarung Zaman:
Arsitektur dan Paradigma.
- Wawancara langsung dengan Bapak
Syafaruddin Usman MHD mengenai Arsitektur Rumah Melayu Pontianak
- Wawancara langsung dengan Ibu Syarifah Aliyah
Shahab mengenai ritual adat pindah rumah dan tradisi pernikahan Suku Melayu
Pontianak
No comments