Mengenal Rudi Bacok, Sang Pelindung Hutan Mangrove Sungai Kupah
Alhinduan.Com-
Rudi Hartono, yang lebih dikenal dengan Rudi Bacok ini, merupakan Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Sungai Kupah, Kecamatan Sungai Kakap,
Kabupaten Kuburaya, Provinsi Kalimantan Barat. Rudi menjabat sebagai Ketua
Pokdarwis sejak 2019. Saat ditanya asal mula nama Bacok, pria 25 tahun lulusan
FKIP Bahasa Indonesia Universitas Tanjungpura, Pontianak, ini menjawab santai,
“Bacok merupakan nama panggilan untuk lelaki Suku Bugis. Kalau perempuan
dipanggil Becek.”
Rudi Hartono atau Rudi Bacok |
Bacok
juga berhasil mendapat Juara 2 Pemuda Pelopor Nasional bidang Sumber Daya Alam,
Lingkungan, dan Pariwisata serta diundang oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga
RI ke Jakarta pada Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2020 lalu. Jika ditanya apa prestasi
Bacok hingga bisa mendapat Juara 2 Pemuda Pelopor Nasional hingga diundang oleh Kementerian Pemuda dan
Olahraga RI ke Jakarta, ‘Mangrove Digital’ adalah jawabannya.
Apa itu Mangrove
Digital?
Mangrove Digital merupakan salah satu metode baru dalam perlindungan hutan mangrove yang menggunakan teknologi informasi. Bacok mengajak para wisatawan yang mengunjungi ekowisata mangrove ‘Telok Berdiri’ Desa Sungai Kupah bisa langsung menanam atau mengadopsi pohon bakau (mangrove). Setelah itu pengelola eowisata akan memberi serifikat online atau e-certificate serta titik koordinat penanaman. Wisatawan yang ingin mengadopsi pohon dikenakan biaya Rp 10.000 untuk biaya perawatan dan berlaku hanya sekali seumur hidup. Pengelola akan selalu menginformasikan kepada wisatawan mengenai perkembangan pohon bakau yang sudah mereka tanam.
“Wisatawan
yang sudah menanam pohon bisa mengakses perkembangan pohon tersebut sebulan
sekali melalui aplikasi bernama Map
Marker. Selain itu, pohon yang sudah berumur lima tahun akan diberi label
sesuai nama pemilik nomor sertifikat dan nama jenis pohon,” jelas Bacok.
Bacok menjelaskan, selain melaui online, juga tersedia jalur
offline. Para donatur pohon dapat menghubungi pengelola mangrove lewat pesan WhatsApp
atau Instagram jika ingin meminta pengelola menanam mangrove yang sudah mereka
beli. Hal ini merupakan salah satu kiat agar wisatawan kerap berkunjung ke
Mangrove Desa Sungai Kupah dan tidak hanya datang satu kali saja.
Selain itu, Bacok dan
teman-teman Pokdarwis Desa Sungai Kupah juga memberdayakan kaum perempuan yang
tinggal di sekitar lokasi mangrove untuk menganyam bakul. Mereka dapat menjual
bakul yang sudah jadi ke konsumen, juga siapmelayani pesanan dalam jumlah
banyak. Bakul tadi juga dapat dijadikan oleh-oleh bagi para wisatawan yang
berkunjung ke ekowisata mangrove Sungai Kupah.
semua foto merupakan koleksi pribadi Rudi Bacok
No comments