Mengenal tradisi merolah dalam pernikahan suku Bugis Makassar (Bagian 1)

Alhinduan.com –Merolah atau Mapparola merupakan salah satu tradisi Bugis Makassar yang terkenal di Pontianak. Bahkan, suku Melayu Pontianak yang masih keturunan Bugis banyak yang menerapkan ritual ini.

sumber foto: islamindonesia


Ternyata, dalam ritual pernikahan adat Bugis Makassar, merolah menjadi urutan terakhir.

Berikut ini urutan tahapan pernikahan suku Bugis Makassar yang harus dilalui oleh kedua mempelai agar kita Mengenal tradisi merolah dalam pernikahan suku Bugis Makassar.

 

PRA NIKAH

MAMMANU’-MANU’

9 Tahapan pra-nikah dalam persiapan pernikahan adat Bugis Makassar, yang pertama disebut Mammanu'-manu' atau  a’jangang-jangang.

Kegiatan tersebut untuk memastikan apakah gadis tersebut sudah terikat atau belum. Selain itu, diselidiki juga apakah latar belakang keluarga sang gadis sesuai bibit bebet bobotnya.

Biasanya mammanu'-manu' diwakili oleh perempuan dari keluarga laki-laki yang dianggap mampu untuk melakukan hal tersebut. Jika belum terikat, maka dilanjutkan ke tahap berikutnya.

MADDUTA

Madduta disebut juga Massuro (A’suro) merupakan pinangan (melamar) secara resmi pihak calon mempelai pria kepada calon mempelai wanita.

Dahulu, proses meminang bisa dilakukan beberapa tahap dan bisa berlangsung berbulan-bulan untuk mencapai kesepakatan.

A’pa’nassa (Patenre ada’)

Setelah lamaran diterima oleh pihak keluarga wanita, akan ada perwakilan keluarga yang membicarakan mengenai tanggal pernikahan, mahar dan lain-lain.

Orang yang ditunjuk harus orang yang mampu berbicara dan bernegoisasi agar tidak terjadi kesalahpahaman dan kesepakatan bisa tercapai dengan baik.

Selain penentuan hari pernikahan, juga disepakati besarnya mas kawin dan uang panai. Besarnya mas kawin dan uang panai   ditentukan menurut golongan atau strata sosial sang gadis dan kesanggupan pihak keluarga pria.

Di jaman modern ini, pembicaraan lanjutan masih dilakukan oleh segelintir masyarakat tetapi dengan lebih ringkas. Biasanya semuanya sudah digabung menjadi satu agar lebih efisien.

MAPPETUADA

Mappetuada' bertujuan untuk mengumumkan apa yang telah disepakati sebelumnya mengenai tanggal pernikahan, mahar dan lain-lain.

Biasanya di Mappetuada, pinangan diresmikan dengan diberikan hantaran berupa perhiasan kepada pihak wanita.


A’panai Leko’ Lompo (Erang-erang)

Disebut juga sirih pinang, setelah pinangan diterima secara resmi, maka dilakukan pertunangan yang disebut A’bayuang yaitu ketika pihak keluarga lelaki mengantarkan passio/passiko atau Pattere ada (Bugis).

Hal ini dianggap sebagai pengikat dan biasanya berupa cincin. Prosesi mengantarkan passio diiringi dengan mengantar daun sirih pinang yang disebut Leko Caddi.

Namun karena pertimbangan waktu, sekarang acara ini dilakukan bersamaan dengan acara Patenre Ada atau Appa’nasa.

 

MAPPASILI

Mappasili atau A’barumbung (Mappesau) merupakan prosesi siraman atau mandi uap. Prosesi siraman ini bertujuan untuk tolak bala dan membersihkan calon mempelai lahir dan batin.

Biasanya air siraman atau Mappasili Acara mandi uap yang dilakukan oleh calon mempelai wanita.

Biasanya dilakukan selama 3 hari. Air siraman diambil dari 7 mata air dan juga berisi 7 macam bunga. Selain itu terdapat juga koin di dalam air Mappasili.

 

MAPPANRE TEMME

Mappanre temme merupakan ritual khatam Al Quran dan juga permohonan doa kepada Allah SWT agar rencana pernikahan ini berjalan lancar.

Appakanre bunting

Appakanre bunting artinya menyuapi calon mempelai dengan makan berupa kue-kue khas tradisional bugis makassar, seperti Bayao nibalu, Cucuru’ bayao, Sirikaya, Onde-onde/Umba-umba, Bolu peca, dan lain-lain yang telah disiapkan dan ditempatkan dalam suatu wadah besar yang disebut bosara lompo.

 

MAPPACI (Malam Pacar)

Mappaci merupakan ritual adat sesudah Appakanre bunting. Mapacci sendiri bisa diartikan ritual memberi pacar kepada calon pengantin.

Menjelang pernikahan biasanya diadakan malam pacar atau Wenni Mappaci (Bugis) atau Akkorontigi (Makassar) yang artinya malam mensucikan diri dengan meletakan tumbukan daun pacar ke tangan calon mempelai.

Tamu  yang diundang untuk memberikan daun pacar tersebut tergantung status sosial calon mempelai. Orang-orang yang diundang biasanya pasangan yang pernikahannya bahagia dan kedudukan sosialnya baik. Semua itu dimaksudkan agar calon mempelai kelak bisa mengikuti jejak pasangan tersebut. 

 

Perlengkapan Mapacci berupa sarung 7 susun sesuai derajat keningratan, daun pisang, daun pacar yang ditumbuk halus, rokok, jagung kering dll.

Para tamu yang diminta meletakkan daun pacar adalah orang-orang yang punya kedudukan sosial yang baik serta memiliki rumah tangga langgeng dan bahagia.

Malam mappaci dilakukan menjelang upacara pernikahan dan diadakan di rumah masing-masing calon mempelai.

Bersambung ke Mengenal tradisi merolah dalam pernikahan suku Bugis Makassar-2

Sumber: dimasprakoso.com dan kabarmakassar.com

No comments

Powered by Blogger.