Kampung Luar, Surga Tempo Doeloe

Alhinduan.Com – Kawasan Kampung Luar merupakan satu dari tiga kampung tua yang masuk wilayah Kelurahan Tambelan Sampit, Pontianak Timur. Selain Kampung Luar juga terdapat dua kampung tua lain, Kampung Tambelan dan Kampung Sampit.





Kampung ini berada tepat di pinggir Kapuas, di samping Pasar Kenanga-yang lebih akrab disebut Pasar Senggol oleh penduduk sekitar, dan di seberang Masjid Jami’ Sultan Abdurrahman Alkadrie.




Di Pasar Senggol, setiap pagi masih terdapat beberapa pedagang berusia lanjut yang menjual kue tradisional tempo dulu yang sudah sangat langka saat ini. Kue Cendawan, misalnya.


kue Cendawan


Kue yang mirip kulit pangsit ini ditaburi gula halus disekujur tubuhnya dan dijual sangat murah, hanya Rp 1.000. yang menjualnya seorang nenek yang sudah sepuh.


Letak Kampung Luar tak jauh dari Kampung Beting yang berada di belakang Masjid Jami serta Kampung Dalam Bugis yang mana terdapat Istana Kesultanan Kadariyah Pontianak. Semuanya dapat ditempuh hanya dengan berjalan kaki beberapa menit saja dari Kampung Luar.



Sebagai kampung tua yang terdiri dari tiga etnis mayoritas: Keturunan Arab, Melayu-Bugis, dan Madura, di Kampung Luar juga terdapat banyak rumah tua berarsitektur Melayu yang berusia di atas 100 tahun.

Ada sekitar lima buah rumah berusia minimal 100 tahun, bahkan dua di antaranya diperkirakan berusia 200 tahun. Semua pemilik rumah tersebut merupakan keturunan etnis Arab Ba’alawy atau dikenal masyarakat setempat dengan gelar Syarif/ Syarifah.



Beberapa orang masih membuat kue tradisional khas Melayu Pontianak seperti roti kap (baik yang original maupun isi nenas) dan Kue Merekeh yang hanya dibuat menjelang Hari Raya Idul Fitri saat banyak orderan.

Menjelajahi Masa Lalu di Kampung Luar

Berbincang dengan orang-orang tua di Kampung Luar, yang saya lakukan pagi itu. saya berbincang dengan Ami Djiban, teman SD almarhum ayah saya. Kebetulan juga beliau sekaligus mertuanya keluarga saya.

 


Istrinya  bernama Bu Ai, dulu mahir membuat kue jaman dulu, Kue Mereke namanya. "Bikinnya susah. Kue itu cerewet, ndak bise salah sikit, " kata Bu Ai.

 

Ami Djiban bercerita kalau sekarang lebih enak tinggal di Tanjung Raya 2 , "Motor bisa langsung masuk depan rumah. Kalau di sini susah, harus didorong dari depan," keluhnya.

Ami Djiban bercerita saat dirinya sakit kaki dan harus ke dokter, terpaksa naik di atas motor yang harus didorong oleh anaknya karena melewati gertak.

“Sampai akhirnya Pak RT kasihan dengan saya dan membolehkan anak saya mengendarai motor di atas gertak tanpa harus didorong karena terlalu jauh dengan jalan besar.”

Itulah sekelumit perjalanan singkat saya pagi itu menjelajahi Kampung Luar, Surga Tempo Doeloe.

 

No comments

Powered by Blogger.