Karena Hidup Nggak Semulus Paha Taylor Swift


Alhinduan.Com- Jujur, waktu lagi hype banget film ini awal tahun lalu, saya pikir ini film apa, sih? Isi buku dengan judul yang samakarya Marchella AP itu kan cuma berisi sekumpulan quotes aja loh, kok bisa jadi cerita film?



Setelah akhirnya saya ‘nemu’ film ini di Youtube dan saya tonton sampai habis. Gila, keren banget! Sangat riel. Bahkan, mungkin ini film pertama yang berani menampilkan tokoh yang berprofesi sebagai seniman tulen, tepatnya seniman instalasi. Cewek lagi. Cool kuadrat!

Bandingkan dengan-katakanlah-sinetron yang selalu menebar mimpi indah dan membawa misi bahwa jadi orang kaya itu keren banget, meskipun nggak masuk akal. Manajer di perusahaan nggak jelas atau pengusaha tajir melintir yang nggak tau usahanya apa tapi tiap hari pake kemeja, dasi, nenteng koper gede, punya rumah dan mobil super mewah  ala Sandiaga Uno.

Atau mahasiswa S1 Kedokteran yang ke mana-mana nyetir mobil sport seharga milyaran. Please, masuk akal dikit! Hidup nggak se-anjing itu, kawan. Berhentilah membodohi para PRT, baby sitter, dan emak-emak kelas bawah dengan mimpi jadi orang kaya secara instan. Kenapa? Karena Hidup Nggak Semulus Paha Taylor Swift. Sesederhana itu.

Review film NKCTHI
Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini. Disingkat, NKCTHI. Sumpah, judulnya nggak asyik banget, kepanjangan. Dan singkatannya itu kalau ibarat nama toko atau merek produk yang dijual, terdiri dari singkatan penuh huruf mati dan susah dieja macam begini oleh calon konsumen, kelar hidup lo. Serius!

Baiklah, kita mulai saja. Inti film ini menanyakan, di umur berapa kamu baru tahu kalau ternyata perjalanan hidupmu nggak semulus paha Taylor Swift? 20, 30, 40?

Film NKCTHI berkisah tentang tiga saudara, Angkasa (diperankan Rio Dewanto) yang bekerja di sebuah Event Organizer yang mengurus konser musik, Aurora (diperankan Sheila Dara) seorang pembuat seni instalasi, dan si bungsu Awan (diperankan Rachel Amanda ) menurutku, mestinya namanya juga berakhiran A ya, mungkin Andromeda lebih pas. Dia seorang lulusan S1 Arsitektur. Ayah bernama Narendra (diperankan oleh Oka Antara sebagai ayah saat muda dan Donny Damara sebagai ayah saat tua) dan Ibu bernama Ajeng (diperankan Niken Anjani sebagai ibu saat muda dan Susan Bachtiar sebagai ibu saat tua).

Sebenarnya, Awan punya kembaran, cowok, yang meninggal beberapa saat setelah dilahirkan. Hanya kedua orangtua mereka dan Angkasa yang tahu tentang ini, dan mereka merahasiakannya dari Awan dan Aurora. Itulah awal mula konflik di keluarga ini.

Si ayah (diperankan Doni Damara) angat dominan dalam mengatur anak-anaknya. Dia menjadi over protectitive terhadap anak-anaknya-terutama Awan, karena dia takut kehilangan anaknya untuk kedua kali. Awan terlalu dimanja oleh ayahnya sejak kecil, yang menimbulkan rasa iri Aurora. Di lain pihak, Aangkasa sebagai anak pertama dan satu-satunya cowok di keluarga itu, benar-benar tertekan.

Dia diwajibkan antar jemput Awan setiap pergi dan pulang kerja. Bahkan, hubungan dengan pacarnya menjadi terganggu karena ayahnya bisa tiba-tiba meng-SMS atau WhatsApp dia untuk menjemput Awan, di saat dia lagi pacaran. Nyebelin banget, kan? Sampai ceweknya marah besar.

Aurora yang tertutup dan senang menyendiri, tidak dekat dengan ayah dan kedua saudaranya. Dia hanya dekat dengan dan paling disayang ibunya. Sehari-hari sibuk di dalam studio mengerjakan instalasi untuk pameran tunggal pertamanya.

Awan ini digambarkan sebagai seorang fresh graduate S1 Arsitektur yang cerdas dari kampus terkenal (UI kali, ya?) yang penuh ambisi dalam meraih karir di sebuah kantor arsitek milik seorang arsitek tampan (diperankan Chicco Jerikho) yang sangat dia idolakan.

Film ini 60 persen lebih berkisah tentang si Awan dan segala konflik yang dia hadapi. Awan juga bertemu dengan Kale (diperankan Ardhito Pramono) manajer musik teman Angkasa. Dialog antara  Kale dan Awan sangat menarik buat saya.



Kale yang punya passion dan mimpi besar menjadi seorang musisi, berkali-kali bergabung di band dan selalu gagal, hingga akhirnya sadar bahwa dia lebih cocok menjadi manajer band dibanding bergabung dalam sebuah band.

Singkat cerita, si Awan dipecat oleh si bos yang sangat dia idolakan itu karena dia dianggap tidak bisa bekerjasama dalam tim, serta selalu ngotot dengan idenya yang dianggap tidak menarik, bahkan sudah ditolak berkali-kali. Awan sangat sedih karena sejaklama bermimpi bisa kerja di kantor itu.

Ayahnya melakukan segala cara termasuk menghubungi koneksinya yang kenal dekat dengan Chicco Jerikho sehingga akhirnya Awan bisa kembali bekerja di kantor itu. mengetahui hal itu, Awan sangat marah kepada ayahnya yang dia anggap suka mencampuri hidupnya. Akhirnya, Awan bekerja di kantor Angkasa sebagai arsitek.

Aurora si introvert, gagal melamar beasiswa Magister Senidi luar negeri. Padahal, itu satu-satunya tiket dia buat keluar dari rumah yang sangat dibencinya itu. tapi, di akhir cerita, Narendra mencairkan uang pensiunnya demi  menyekolahkan sang putri di luar negeri. Terharu bingit eike.

Inti Film Ini

Belajar menyikapi dan berdamai dengan kegagalan hidup. Itu sih inti film karya sutradara Angga Dwimas Sasongko ini yang bisa kuambil. Bahwa sekeras apa pun kita berusaha, kalau memang rezeki kita bukan di situ, ya jangan ngotot.

Kita boleh fokus dan kaku dengan mimpi kita, tapi harus fleksibel dengan caranya, jangan kaku! Kalau berkali-kali gagal di satu bidang, barangkali passion kita memang bukan di sana. Terimalah, lalu ubah. Jangan ngotot! Kalau passion-mu tidak bisa memberimu ‘makan’ alias kamu tidak bisa ‘hidup’ dengan passion-mu, barangkali ada yang salah dengan itu.

Jangan takut untuk keluar dari zona nyaman dengan merubah jalan hidupmu. Barangkali, ada sesuatu yang menantimu di ujung sana. Dan berusahalah untuk berdamai dengan keadaan dan terimalah bahwa kamu gagal. Lalu bangkit lagi. Karena kadang, perjalanan kita untuk menggapai mimpi itu penuh liku dan jutaan kegagalan. Hidup memang nggak semulus paha Taylor Swift, bukan?

No comments

Powered by Blogger.